Istighfar dalam Perspektif Al-Qur'an - Yelmi, S.Th.I, M.A.

Istighfar dalam Perspektif Islam 
Istighfâr dipahami sebagai permohonan seorang hamba kepada sang Khaliq agar diampuni segala dosa-dosanya. Istighfâr ini tidak hanya dilakukan dengan lisan saja, namun yang lebih penting adalah merealisasikan permohonannya itu dalam kehidupannya. Di sini terlihat bahwa antara istighfâr dengan taubat tidaklah berbeda, Istighfâr merupakan taubat, dan taubat adalah istighfâr.

Namun  al-Qur’an memberikan deskripsi tentang persoalan istighfâr dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi. Mencakup segala bentuk istighfâr dengan subjek yang melakukannya, Dalam al-Qur’an istighfâr tidak hanya permohonan ampun dari seorang hamba kepada Allah terhadap dosa-dosanya, tetapi istighfâr juga berarti permohonan seseorang agar dijauhkan dari perbuatan dosa yang belum pernah ia lakukan. Istighfâr tidak hanya dimohonkan untuk diri sendiri, namun ia juga bisa ditujukan untuk orang lain.

Selain itu, al-Qur’an juga menerangkan tentang cara ber-istighfâr, metodenya serta waktu-waktu yang lebih diutamakan untuk ber-istighfâr. Selanjutnya, al-Qur’an juga menjelaskan manfaat istighfâr bagi manusia, tidak hanya menghapuskan dosa, namun hampir semua kebahagiaan dunia baik materi (seperti harta kekayaan) maupun non materi (seperti kesehatan dan kebahagiaan) dapat diraih dengan cara ber-istighfâr. Bahkan istighfâr juga digunakan untuk terapi kemandulan atau salah satu cara untuk mendapatkan keturunan. Masih banyak lagi hal-hal menarik yang dipaparkan al-Qur’an mengenai istighfâr ini.

Sebagai contoh, salah satu tema yang menarik yang dapat diungkap adalah mengenai urgensi dan substansi istighfâr. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang hal ini adalah:

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا

Memohon ampunlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Q.S. Nuh: 10)

Ayat ini menjelaskan tentang perintah Nabi Nuh kepada orang-orang yang ada bersamanya untuk ber-istighfâr kepada Allah.  Istighfâr yang dimaksud di sini adalah memohon ampun kepada Allah atas perbuatan syirik dan kekafiran yang telah dilakukan oleh kaum Nuh. Hal ini dilakukan tidak hanya dengan lisan saja, namun juga harus dibarengi dengan niat yang ikhlas, serta meninggalkan kekafiran dan kesyirikan tersebut dan hanya beribadah kepada Allah.

Berdasarkan uraian terdahulu, di satu sisi, nampak jelas betapa pentingnya istighfâr sebagai salah satu manifestasi permohonan ampunan seorang hamba kepada Tuhannya. Di sisi lain, masih terdapat pemahaman yang berbeda terhadap hakikat istighfâr.

Karena itu, persolan ini perlu pengkajian secara utuh, sistematis dan mendasar. Adapun pembahasannya meliputi hal-hal berikut: pengertian dan urgensi istighfâr dalam al-Qur`an, unsur-unsur  istighfâr yang dipaparkan al-Qur`an, dan manfaat istighfâr bagi kehidupan menurut al-Qur`an.

Post a Comment

0 Comments